Sudah seminggu penulis tidak bertemu Kadek. Ia lebih sering sendirian berpetualang di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Akhir pekan minggu lalu, kami berjanji untuk bertemu lagi di Bogor. Duduk di cafe di wilayah Sentul, penulis melihat gelagat yang tidak biasa dari Kadek. "Kadek, kenapa kamu narik-narik celana kaya gitu? Sudah mulai sesek?", saya tanya. "Iya nih, saya tambah gemuk di sini! Makan yang banyak sayurnya aja, gung, nanti!". Saya membenarkan pendapat Kadek. Makin susah ia berjalan dan bergerak. Baiklah, saya berinisiatif untuk membawanya ke warung-warung pecel. Apa itu pecel? Berbagai sayuran rebus dibalut dengan saos kacang. Sayur mayur yang terdiri dari toge, kacang panjang, toge goreng, mentimun, daun singkong, genjer, dan daun kemangi. Sarapan makan pecel dan siang pun harus makan pecel. Mari telusuri petualangan kami!
Rumah makan nasi pecel yang biasa di Bogor, pengunjung dibuat tergiur dengan beberapa kudapan. Ada tahu goreng, sate ayam bakar dan jajanan pasar lainnya yang manis! Lengkap sudah. Tapi kami khusus datang ke rumah makan yang berada ruko ini untuk mencicipi nasi pecel. Setelah suapan pertama, penulis langsung hafal dengan masakan Mbak Niek. Ada kemangi yang wangi dan bumbu pecel yang kacanganya banyak. Kacangnya tidak diulek secara halus tapi masih terasa renyah kacangnya. Sayurnya pun dipilih yang daunnya muda karena lebih manis. Di Nasi Pecel Madiun Mbak Niek, pengunjung juga bisa memilih yang lain. Seperti nasi rawon atau nasi lodeh.
Nasi pecel kedua yang kami datangi suasanya berbeda dengan yang sebelumnya. Kali ini lebih terasa ‘Jawa’. Ada musik gamelan Jawa Tengah diputar. Dengan suasanya yang adem ditemani dengan kicauan beberapa burung perkutut peliharaan. Saya langsung memesan satu porsi nasi pecel, perkedel goreng dan tempe! Sedangkan Kadek hanya pesan satu porsi nasi pecel, lalu saya bertanya. “Gak salah nih kamu cuman mau nasi pecel, engga nambah yang lain? Coba pakai telor dadar goreng, Dek.,”saya menganjurkan. Telur dadar goreng dari Bu Pardi memang enak banget. Penulis sudah mencobanya berkali-kali setiap mampir Bu Pardi. Nasi Pecel dan telur dadar goreng. Ada yang berbeda dengan yang sebelumnya. Nasi pecel bu Pardi lebih pedas sedikit. Lalu tekstur kacangnya lebih halus dan sayurnya lebih komplit sedikit. Seperti adanya sayur genjer dan tempe goreng yang lebih banyak. Keduanya sama-sama enak! Enak juga dinikmati dengan telur asin. Sekian petualangan pecel kami untuk hari ini! Nantikan episode Kuliner Atlantis berikutnya.
BERKUNJUNG KE SITUS CIBALAY
Indonesia memiliki beberapa peninggalan yang mengejutkan di kancah internasional. Sebut saja Candi Borobudur, Candi Prambanan atau Candi Tikus. Ketiga candi yang disebut sebelumnya bernafaskan Hindu-Buddha. Writer from Atlantis mengunjungi situs sejarah yang lebih tua dari zaman kerajaan Hindu-Buddha. Yang dipercaya dimana masyarakatnya masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. WFA mengunjungi Situs Megalitik Arca Domas, Tenjolaya, Bogor! Peninggalan zaman megalitikum atau zaman batu. Peninggalan zaman megalitikum yang dipercaya sudah ada di tanah Pasundan. Perjalanan ke situs megalitkum memang menyenangkan. Pengunjung semakin mendekat ke kaki gunung Salak, dan alam di sekitarnya masih asri dan bersih. Penulis berangkat dari kota Bogor jam 7 pagi. Perjalanan yang memakan waktu 40 menit cukup menyenangkan. Pagi itu situasi jalanan tidak macet. Berbekal petunjuk jalan dari google maps, kami bisa sampai di situs Cibalay dengan tenang. Melihat situs Cibalay seperti menaiki tangga piramid. Bukan tangga seperti pada umumnya candi-candi di Jawa Tengah, menaiki situs Cibalay seperti mendaki bukit. Setelah sampai di puncak situs Cibalay, pengunjung akan melihat beberapa petilasan. Petilasan yang konon dipakai para leluhur di jaman tersebut untuk menggelar upacara, meditasi dan berkumpul. Yang menarik perhatian penulis bahwa beberapa batu yang ditancapkan tersebut sudah seperti itu sedari dulu. Tidak ada yang diubah. Ada juga susunan batu di area petilasan yang penulis ambil gambarnya. Pembaca Atlantis bisa melihat sendiri susunan batu yang disusun oleh leluhur-leluhur pembuat situs Cibalay. Setelah mengambil beberapa foto, saya pun berkenalan dengan kang Dadan, juru pelihara situs Cibalay. Kang Dadan yang memakai celana jeans dan kemeja coklat menjelaskan tentang situs Cibalay. Ia menjelaskan situs Cibalay merupakan salah satu peninggalan yang pernah dirawat dan dipakai oleh Prabu Siliwangi sendiri. Raja dari kerajaan Pajajaran yang tersohor tersebut. Situs Cibalay ini diperkirakan telah ada 8000 tahun SM. Sebuah kebudayaan yang sangat tua. Di pagi yang menjelang siang itu, suasanya adem sekali. Tapi penulis juga setuju bahwa situs ini bisa terkesan angker. Pengunjung situs sejarah memiliki kebiasaan untuk berkata "permisi" attua "punten" dahulu sebelum bertindak. Seperti pakem tersendiri, seperti itu.
TAHU GEJROT DI TEPI JALAN TOL
Writer from Atlantis belakangan ini sering sibuk meliput persidangan yang terjadi di negara sebelah. Ditugaskan oleh Biro Pers dan Penerangan Atlantis untuk mencari berita di negeri sebelah memang tidak mudah. Sering sekali capek. Tapi, kali ini Writer menemukan kuliner baru yang menggiurkan. Tempat yang cukup santai untuk makan cemilan tahu gejrot dan teh poci hangat. Tahu Gejrot berada di Jalan Tol Jagorawi KM 35 Rest Area Sentul ini mungkin sudah banyak dikenal penumpang dan pengendara Jakarta-Bogor. Yang dari Jakarta hendak ke Bogor atau Sentul bisa menepi dulu di setopan ini. Ada beberapa kuliner lainnya yang dijajakan di sana. Setelah melepas lelah, penulis melanjutkan perjalanan.
KADEK DARI BALI
“Dek, ngudiang cai sing milu Aksi Tolak Reklamasi kemarin, Kengken sih cai neh (kenapa kamu gak ikutan, bagaimana sih?!), Wayan teman Kadek bertanya. Kadek menjawabnya dengan enggan dan bingung. Ia bingung kenapa harus ikutan. Ia lebih memilih untuk tidur saja karena ia sedang libur kerja. Kadek bekerja di sebuah warung babi guling di Ubud. Sebetulnya ia tukang masak. Cuman belakangan ini ia suka malas memasak babi guling terus. Ia baru semangat untuk membantu memasak jika ada upacara adat mau diadakan. Bayarannya cukup besar. Apalagi jika ada pesanan dari Puri. Senang dia. Sekarang dia tidak ada kerjaan. Kelamaan melamun di kamar, ia mengambil handphone. Kadek menelpon saya barusan. Ia bilang mau main ke Jakarta dan sekitarnya. Ia penasaran apa orang-orang di Jakarta makan babi. Orang di Jakarta kalau makan babi diolah seperti apa. Ia penasaran. Siapa tahu dia bisa buka warung babi guling di Jakarta. Ia mengerti di Jakarta warung babi guling masih sedikit. Saya bilang tahan dulu rencanamu. “Sainganmu ketat, Dek!”.
Saya mengajak Kadek ke wilayah Pasar Pagi. Kami makan di Bakmi Pinangsari di Jalan Pinangsia Timur 1 4 5 RT.4/RW.5. Saya bilang ke Kadek, dek, jangan ditambah sambel dan saos dulu. Coba dulu mienya tanpa tambahan apapun. Kadek langsung makan dan diam saja. Beberapa kemudian baru ia membuka mulut. Terlalu menikmati. “Writer, ini becik sajan (enak banget)!” Saya juga berpendapat yang sama. Potongan daging cincang memang berasa. Yang makan juga bisa tambah daun bawang seenaknya. Kadek menimpali lagi, “Baksonya juga enak ini. Tapi yang paling bikin enak ini sebetulnya kuahnya, bli!” Kadek belum pernah makan bakmi seenak ini. Ia mengagumi kaldu kuah yang wangi dan gurih. Jamurnya juga segar. Saya menyetujuinya. Yang saya tidak setuju Kadek bersuara sangat keras. Ia sering tertawa lepas dicampur dengan Bahasa Balinya. Dia sering banget bilang, "saya kan dari Bali ini". Iya, sudah bosan saya dengernya. Kadek minta saya yang bayarin makan siang ini. Baiklah, saya lihat seporsinya kira-kira 30 ribu. Sesudah makan Kadek saya ajak jalan-jalan di wilayah Pasar Pagi. Akhirnya Kadek beli raket bulu tangkis. Sisanya kita ngobrol-ngobrol dan ngatain satu sama lain saja. #Kuliner Atlantis episode 3
#KULINER ATLANTIS EPISODE 2, SABU (SARAPAN BUBUR)
Saya mengantar Surti, anak kepala desa Koneng dari desa Atlantis. Setelah putus cinta, kepingin sekali dirinya makan bubur di bumi. Karena saya lama tinggal di bumi, saya kenal betul seluk beluk bumi. Dengan berbekal pengetahuan lagu dari Alam yang berjudul, Sabu alias Sarapan Bubur. "PAGI-PAGI SABU TIAP HARI SABU, ENAK RASANYA". Seetttt.... Saya jadi kenal makanan yang satu ini. Biasanya saya memilih sate usus dan sate telur puyuh untuk mendampingi bubur semangkuk. Dengan berbekal mesin navigasi Atlantis, kami sampai di Warung Nasi Ampera yang terletak di Jalan Kyai Haji Sholeh Iskandar, Bogor. Surti tidak cukup makan semangkuk. Ia memesan lagi untuk mangkuk kedua. Mudah sekali terlihat ada telor rebus, suwiran ayam, bawang goreng, potongan cakue dan daun bawang. Saya bertanya ke Surti, "Enggak salah, nambah lagi?". "Iya, soalnya buburnya gak encer dan banyak lauknya! Sambelnya juga terasa pedas!" Saya mengingatkan Surti jangan karena putus cinta, ia makan kesetanan. Jaga kesehatan, saya tegur. Laki-laki penjaga bubur bingung melihat saya mengambil beberapa foto. Saya bilang buburnya enak, dan akan saya masukan ke blog. Saya berujar. Warung Nasi Ampera juga menjual kopi untuk sarapan. Tapi penulis hanya memesan teh hangat. Simpel, teh hangat dan bubur ayam. Begitulah petualangan Writer from Atlantis kali ini. Nantikan kisah selanjutnya.
#KULINERATLANTIS, SUASANA JOGJA
" Ramai kaki lima , menjajakan sajian khas berselera, orang duduk bersila, Musisi jalanan mulai beraksi". Itu yang penulis ingat dari lagu Yogyakarta dari KLA Project yang amat populer. Grup musik yang beranggotakan Katon Bagaskara, Lilo, Adi Adrian dan Ari Burhani memang tidak salah soal Jogja. Yogyakarta memiliki keunikan tersendiri. Mulai dari area Malioboro, wilayah Keraton Yogyakarta dan Angkringan yang berbaris. Mantan mahasiswa-mahasiswi yang pernah menempuh pendidikan di Yogyakarta pasti selalu kangen dengan kota ini. Penulis juga kepingin balik lagi ke Jogja untuk liburan singkat. Writer from Atlantis mempersembahkan #KulinerAtlantis. Terletak di Jalan Achamd Adnawijaya, Pandu Raya. Penulis selalu melewati tempat ini hampir setiap hari. Pada tanggal 17 Juni 2019, penulis mendatangi restoran Jawa Jawi. Baru kali ini sempat mampir. Tempatnya sejuk dengan sirkulasi udara yang nyaman. Waktu masuk langsung disambut oleh pemiliknya yang ramah. Kami sempat berbincang sedikit. Pelayannya pun mengiyakan pesanan kami dengan dialek bahasa Jawa yang khas. Kami tidak perlu menunggu lama sampai pesanan kami datang. 10 menit saja menunggu. Kami memesan Bakmi Godog dan Bakmi Nyemek. Keduanya mirip, dan keduanya dipesan spesial (tambahan telur). Bakmi Godog lebih berkuah. Sedangkan yang Nyemek lebih sedikit kuahnya sehingga rasa kaldu lebih dominan. Rasa bakmi Godog terasa seimbang asin dan gurihnya. Begitu juga dengan yang Nyemek. Keduanya juga terasa kaldunya. Ini yang penting dari Mie Jogja, kuah kaldu dan suwiran ayam. Kaldu dan suwiran ayam makin berasa dengan potongan telur rebus. Selesai menikmati bakmi Godog, penulis menikmati teh poci hangat. Mungkin ini kenikmatan yang dimaksud KLA Project, "sajian khas berselera".
BERBURU BARANG KESENIAN DI PASAR SANTA
Berangkat dari kota Atlantis yang jauh. Penulis berhasil sampai di wilayah Jakarta Selatan dengan selamat! Nuansa Jakarta Selatan langsung berasa. Waktu melintas, penulis langsung bernyanyi! "Kiri-kanan kulihat banyak-banyak-banyak galeerrrrri. Mahal murah dimari... cari duuuuuit lagi..." Gitulah perasaanya waktu nengok kiri-kanan di Jaksel. Setelah dari Lawless Burger Bar bareng Muhammad Reza Jamal, jelema asli Jaksel (yang artinya manusia), langsung kita cao ke Pasar Santa. Pasar? "Pasar kan becek! Gak asik lah buat anak gaul kaya kita!" Tunggu dulu. Kita akan coba buktikan pasar Santa ini asik atau engga.
Toko Musik
"Wah kalau mau CD Kelompok Penerbang Roket, sama yang Indo-Indo ada di sana tuh. Disini udah banyak yang abis, kemarin ada Bazaar". Itulah jawaban yang penulis dapatkan, setengah kecewa. Setelah ngobrol dengan seorang pedagang di Serikat Dagang Santa. Tokonya ada di gambar yang paling atas. Tokonya salah satu yang paling lucu, ada banyak stiker. Oke pindah ke yang lain lagi di toko Monistored. Toko yang menjual vinyl record, pemutar pita kaset, dan piringan pelat hitam. Yang warna tokonya ungu. Penjaga tokonya juga asik nih. Penulis nyari CD album Morfem yang judulnya Dramaturgi Underground, tapi dia bilang enggak ada. Masnya ngaku dia penggemar Morfem juga! Yang ada kita malah ngobrol dan nyanyi bareng sebentar.
Toko yang Enggak Biasa
Penulis juga menemukan tempat Hut of Paint! Ini asik juga untuk warga Atlantis yang ingin tampil beda. Mereka menyediakan jasa ngegambar bermacam design buat sepatu kalian. Harga beragam tergantung pesanan. Yang lain ada toko Kemala. Toko Kemala ini bisa dibilang terang banget. Masuk ke tempatnya langsung tercium wangi kayu jati. Mereka membuat piring dari kayu jati dan gelas keramik.
Dinding yang artistik
Di Pasar Santa ada juga yang ngejual sayur, buah-buahan. Seperti pasar pada umumnya. Abis repot-repot bawa sayuran sama daging ayam, nengok kiri-kanan ada mural art. Berasa nyeni...
Tempat Ngopi
Waktu memasuki dan berjalan-jalan di dalam area Pasar Santa. Penulis kepikiran nasib anak indie. Bisa dibilang semuanya disini berbau Indie. Ada toko barang bekas yang ngejual macem-macem, CD jadul nan indie, dan kafe dimana-mana. Ini kurang indie apa lagi? Salah satu aspek penting anak indie adalah kopi! Kopi yang harus murni dari biji kopi dan harus digiling belakangan. Bukan dicampur biji jagung ye! Belinya biji kopi utuh, itulah syarat anak Indie. Tidak lupa ngopi sambil melihat senja. Sambil nyanyi," KELUARLAH DARI ZONA NYAMANNNNNN, SEMBILU YANG DULU BIARLAH BERLALU" Baiklah ngomongin soal kopi, Kios Dunia Kopi ini unik. Mereka khusus menjual biji kopi! Tempat dan waktu saya persilahkan untuk anak Indie. Penulis juga mengunjungi Gayo Bies cafe. Duduk diam menikmati kopi manual brewing dari Aceh. Sambil dengerin lagu jadul yang diputer dari piringan pelat hitam.
Tidak lupa juga. Ada foodcourt di lantai paling atas. Penulis lihat ada beberapa orang nongkrong. Ada yang main kartu Yugioh. Ada yang makan donat. Ada juga yang bengong aja. Pasar Santa memang asik untuk insan-insan yang mencari keasyikan di tengah kejenuhan. Sekarang penulis lagi ngegiling biji kopi sambil dengerin lagu Banda Neira nih. Lumayan nih sekarang lagi senja buat upload di Instastory. Nyanyi ah... "YANG PATAH TUMBUH YANG HILANG BERGANTIIIIII........ YANG HANCUR LEMBUR TAK AKAN TEROBATI..."
MENCOBA LAWLESS BURGER AND BAR!
Pendengar Hard Rock FM dan pencinta otomotif mungkin akrab dengan sapaan "SEKUT CUY" atau "PERSEKUTAN DUNIAWI". Kosakata yang dipopulerkan oleh Gofar Hilman. Apa sih artinya SEKUT? Sekut artinya santai, keren atau cool. Gofar Hilman juga salah satu artis yang menggeluti bisnis kuliner ini, Lawless Burger and Bar. Bisa jadi pembaca Atlantis adalah penonton setia vlognya Gofar. Bersama dengan dua personil band Seringai, Sammy Bramantyo dan Arian Arifin. Mereka mendirikan Lawless Burger and Bar. Apakah Lawless tempat yang SEKUT? Mari kita lihat.
Bertemakan band metal
Untuk pengunjung yang tidak menggemari band rock, setidaknya bisa terhibur dengan burger yang dipilih. Tetapi konsep kecintaan akan band metal dipadukan dengan makan burger adalah sesuatu yang unik. Pengunjung tidak cuman makan burger terus pulang. Mereka akan melihat pajangan ilustrasi band seperti Black Sabbath, Misfits, Iron Maiden dan Eye Hate God. Pencinta band rock seperti Black Sabbath atau Iron Maiden, ya jelas terhibur. Penulis sendiri sudah pasti ajojing pas dengerin Paranoid dari Black Sabbath. Lawless juga menjual juga kaos band lokal ,CD dan pelat hitam. Waktu penulis mendatangi toko menanyakan apakah merchandise Seringai masih ada. Jawabannya sudah habis.
Rasa Burgernya
Menurut pendapat penulis, Burger dari Lawless bukanlah fastfood. Kalau bukan fastfood berarti daging harus tebal, terasa segar dan juicy. Ketiga hal yang berhasil dicapai oleh Lawless. Penyajiannya pun tidak bisa segera jadi. Penulis memesan Sabbath Burger (double). Hmm, bukan karena nama menunya. Sabbath burger pada dasarnya cheese burger. Penulis menggunakan cheese burger sebagai patokan. Penulis berpendapat jika sebuah tempat bisa menyajikan cheese burger dengan baik, yang lain pasti bisa enak. Karena Lawless Burger adalah restoran burger pertama yang penulis kunjungi di Indonesia. Penulis menghabiskan waktunya selama 3,5 tahun di negeri Kanguru. Penulis akan memakai perbandingan burger joints di dua tempat di Australia. Seperti Betty's Burger yang populer di Melbourne, mereka memiliki saus khusus yang dipadu dengan burger buns yang tebal. Saus burger seperti Mayo dan Onion sauce terasa dominan. Itu yang menjadi kelebihan Betty's Burger di Elizabeth Street, Melbourne. Makan burger di Betty's Burger semuanya berasa seimbang. Ada yang lain seperti Grease Monkey di Canberra. Grease Monkey di Canberra lebih jor-joran kalau soal daging dan saus berminyak. Saus dari Grease Monkey jauh lebih banyak dan berminyak, tapi itulah kelebihannya. Secara kesuluruhan, Grease Monkey berasa gurih dan sedikit manis dari BBQ sauce. Balik lagi ke Lawless Burger. Penulis langsung terkejut karena rasa paprikanya jauh lebih berani. Tapi, langsung terasa lagi daging patty yang tebal dan keju yang berhamburan! Saus bawangnya juga berasa, pembaca Atlantis. Walaupun dagingnya banyak, burgernya tidak terasa eneg. Terkadang terlalu banyak daging bisa bikin eneg. Ini pengalaman yang berbeda dibanding makan di Betty's Burger atau Grease Monkey. Hal lain yang patut diperhatkan adalah kentang gorengnya. Penulis jarang menemukan restoran burger yang menyajikan kentang goreng setipis ini di Australia. Tipis, renyah dan komplit dengan racikan bumbu tambahan. Cocok untuk burger! Yang pasti cita rasa burger di Lawless terbukti SEKUT.
Ozzy Osbourne (vokalis Black Sabbath) sempat diejek gendut karena di tahun 85, Ozzy Osbourne sempat terlihat lebih gemuk waktu dia manggung di Philadelphia, Amerika Serikat. Ini bukan karena dia kebanyakan nongkrong dan makan di Lawless Burger Bar. Gokil juga kalau Ozzy Osbourne tahu-tahu meet and greet di Lawless. Hahaha. Sekian laporan dari Writer from Atlantis. Nantikan kisah selanjutnya!
Jangan Ragu untuk Sop Buntut
Saya mengenal sop buntut sapi Ma'Emun sudah cukup lama. Sejak SD. Paman saya adalah orang yang saya tahu gandrung sekali dengan sop buntut yang satu ini. Datang jauh dari Jakarta dan hal pertama yang ia cari di Bogor adalah sop buntut! Semangkuk sop buntut. Saya akui emang enak sop buntut itu. Kadang paman menjemput ayah saya dan saya untuk bersama ke warung sop buntut ini. Beralamat di jalan Bangbarung Raya, Bogor Utara memang tidak jauh dari tempat tinggal kami. Jadi saya kenal betul rasa sop buntut ini. Cita rasanya sederhana tapi nyaman. Begini, sop buntut ini polos. Hanya ada rasa asin dan gurih dari rasa kaldu daging. Tidak ada yang berbelit-belit dan rumit. Setelah mencoba sesendok kuah sop buntut rasanya hening. Puas dengan beberapa sendok, saatnya berpetualang. Jangan ragu untuk meminta sambal kacang. Sambal kacang ini yang membuatnya semakin liar. Setelah menikmati kuah kaldu yang polos saatnya berpetualang. Setelah beberapa sendok sambal kacang yang diaduk. Mari cari beberapa acar bawang dan cabe rawit. Perpaduan rasa kacang, cabe rawit, sambal kacang dan daging memadu rasa di lidah. Dipertegas dengan nasi untuk mengenyangkan perut. Oh ya jangan lupa sop buntut Ma'Emun di Bangbarung sering habis di tengah hari. Nikmati ini selagi pagi. Banyak yang mencari semangkuk sop buntut di akhir pekan.
PETUALANGAN KE BOGOR YANG ANTI-MAINSTREAM
Penulis yang sangat berpengalaman mengembara di Atlantis juga ahli seluk-beluk Bogor. Banyak pelancong ke Bogor mampir ke kafe-kafe yang lagi hits. Ada juga yang ke Botani Square. Ada yang pergi ke Kebun Raya. Ada juga yang mencoba mengartikan DI NU KIWARI NGANCIK NU BIHARI SEJA AYEUNA SAMPEUREUN JAGA sambil buka google translate. Jangan tanya arti itu ke insta story, kelihatan turisnya. Semuanya bisa dilakukan, pembaca Atlantis. Tidak ada yang salah. Tapi tidak ada salahnya berjalan-jalan ke daerah SURYA KENCANA. Sebuah pusat tempat perdaganan dan kuliner ria. Jangan hanya jadi turis ke Bogor tapi rasakan rasanya menjadi masyarakat Bogor! Kalau mau berpetualang ke Bogor haruslah pagi-pagi. Udara masih lebih sejuk dan macet masih terkendali. Berpetualang ke Surya Kencana paling enak dilakukan pagi hari.
Pengalaman Kultur Bogor yang Heterogen
Pedagang di Surya Kencana terdapat komunitas masyarakat yang berasal dari asli Sunda, Tionghoa dan Batak. Maka dari itu, pembaca Atlantis akan menemukan beragam makanan. Ada Chinese food dan jajanan pasar yang beragam. Mulai dari bakso, mie kangkung, bakso Pontianak. Daerah Surya Kencana ada perayaan pameran kebudayaan yang digelar pada awal bulan Februari. Bentuknya seperti karnival.
Suasana Pasar Gang Ngesti
Pembaca Atlantis yang jenuh dengan suasana mall akan tertarik dengan suasana pasar Gang Ngesti. Ini dinamakan Gang Ngesti karena belokan diapit oleh Toko Ngesti yang tersohor. Seperti pasar pada umumnya semuanya bisa ditemukan. Kodok, Buah, Sayur, Ikan-ikanan.
Berkembangnya Kafe Kecil
Betul, pembaca Atlantis. Daerah Surya Kencana saat ini terdapat beberapa kafe kecil yang cukup nyaman untuk ngopi. Ideal untuk beristirahat setelah jalan kaki di daerah ini. Jadi kalau jenuh dengan mall atau yang direkomendasikan presenter, anjuran dari penulis bisa menyenangkan. Sekian dari penulis, pembaca Atlantis.
Dieng yang Magis
7 Mei 2019 Pernah bayangin berpetualang ke kota kecil di Iceland kayak Walter Mitty? Itulah kesan yang akan didapat dari Dieng. Coba deh lihat foto-foto di baris pertama. Apalagi waktu Walter nge-ski dan nge-drift pake skateboard, jalanan di Dieng kurang lebih kaya gitu cuman lebih Indonesia. Ada motor dan ada yang jualan pisang sama gorengan. Dieng ini seperti kota kecil, engga ya bukan kota. Dieng ini masuk ke wilayah kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Penulis sendiri sudah 2 kali ke Dieng! Yang pertama bulan November 2014 dan yang kedua Juli 2016. Yang pertama bisa dibilang kurang sukses karena bulan November tergolong musim hujan. Musim hujan bukan waktu yang tepat untuk mendaki Dieng karena jalan setapak licin dan cuaca berkabut. Lah berkabut kan enak dingin? Sayangnya engga. Segitu cintanya? Lah iya.. Dieng ini komplit. Kalian gak perlu jauh jauh ke Iceland! Ada air terjun, telaga, gunung, sawahan, museum dan candi. Jalan-jalan ke Dieng ini cocok buat pencinta alam dan sejarah.
Wonosobo
Sebelum kalian ke Dieng pasti kalian akan lewatin tengah kabupaten Wonosobo. Wonosobo ini menarik. Berjalan kaki di Wonosobo berasa balik ke era 80an. Gedung-gedung dan trotoarnya kaya vintage. Wahai kalian pencinta vintage. Salah satunya adalah hotel Kresna. Tidak perlu nginep di hotel Kresna tapi ini bisa dikunjungi untuk ngopi atau ngeteh sore. Mau menginap di hotel Kresna juga bisa untuk menikmati sensasi mewah di jaman dulu. Biasanya waktu sore menjelang malam ada pertunjukan gamelan Jawa di lobby hotel. Selesai ngeteh sore di hotel Kresna kalian tinggal jalan lurus. Nah inilah sensasinya jalan kaki di Wonosobo sambil menikmati udara segar. Tidak lama kemudian kalian akan lihat Alun-Alun Wonosobo. Di dekat alun-alun ada banyak jajanan pasar. Di dekat alun-alun ini ada food court tersembunyi. Nikmat bukan makan malam dengan udara segar pegunungan. Camilan favorit penulis adalah tahu petis Wonosobo!
Ingat Peralatan Mendaki!
Kalau mau ke Dieng, kuatkan tekad buat mendaki sampai ke puncak gunung. Siapkan semuanya, fisik dan mental. Jangan lupa makan dan tidur yang cukup selama perjalanan. Disarankan pakai sepatu gunung. Kalian harus siap bangun pagi untuk lihat matahari terbit. Penulis bangun jam 4 pagi dan langsung ke spot pendakian Gunung Prau. Gunung Prau ini tingginya 2565 mdpl. Sekitar jam 8 baru sampai puncak. Puncaknya harus kalian rasakan sendiri, sobat Atlantis! Ini hal yang engga dilakuin sama penulis, dengerin lagu Banda Neira Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti waktu di puncak. Pasang headset, ndessss...
Cobain makan kentang Dieng
Kentang goreng dieng enak , oke. Langsung dari kebun!
Jangan ragu untuk bertanya dan berkenalan dengan warga Dieng
Jangan ragu untuk bertanya ke penduduk sekitar tentang trip kalian. Biar kalian ga kesasar atau buang-buang waktu. Mereka akan jelaskan ke kalian atau menawarkan bantuan ojek. Di Dieng tidak ada hotel yang ada hanya penginapan-penginapan. Jangan ragu buat tanya ke pemilik penginapan tentang harga dan kondisi kamar. Seperti pepatah bilang malu bertanya sesat dijalan! Warga Dieng ramah-ramah kok. Kalian akan mengenal lebih dekat kultur dan budaya warga sekitar. Contohnya anak-anak di Dieng memelihara rambut GIMBAL. Sekian dulu ceritanya, pembaca Atlantis! Kita bersambung lagi.