PEREMPUAN TANAH JAHANAM! , gak ada spoiler sumpah.
Selepas dari Pengabdi Setan dan Gundala, Joko Anwar hadir lagi dengan kejutan baru. Duarr.. Perempuan Tanah Jahanam! Film ini secara visual sangat memukau. Dari sinematografi dan pewarnaan gambar. Hal ini membuktikan Joko Anwar adalah sutradara yang jeli dan terlatih. Plot-nya juga gak kalah oke. Film ini lebih menyerupai thriller dan cerita rakyat sebetulnya yang dikemas ke arah horor. Bukan ‘the conjuring’ type yang melulu menampilkan sosok setan/ iblis. Ada sedikit terobosan baru di sini. Jika dibandingkan dengan Pengabdi Setan, film ini jauh lebih baik sinematografinya. Ini terlihat dari shots yang beragam mulai dari rumah tua, scene di sungai dan pentas pewayangan. Wah gila deh pokoknya. Suasana pedesaan di Jawa juga jadi daya tarik sendiri dari Perempuan Tanah Jahanam. Bukan suasana elegan seperti yang digambarkan film Bumi Manusia. Tapi suasana perumahan Jawa Tengah yang mencekam, misterius dan tradisional. Ya Joko Anwar betul-betul bisa menjiwai kebudayaan Jawa Tengah dan memadukannya dengan horor. Untuk urusan pemandangan pedesaan Perempuan Tanah Jahanam. Desa-desanya bukan hanya diambil satu tempat loh. Ada yang di Probolinggo, Banyuwangi, Ijen dan Lumajang. Banyak ya. Tidak hanya suasana saja yang kental tapi budaya-nya juga dapet. Khususnya wayang kulit. Para aktor-aktrisnya juga bisa menjiwai logat Jawanya. Khususnya Asmara Abigail. Asmara Abigail kelas! Belajar akting di luar negeri dan masih bisa menjiwai perempuan Jawa Tengah yang hidup di desa terpencil. Oh ya.. Marisa Anita juga kali ini bermain apik. Ini bukan pertama kali Marisa Anita bermain film. Ia sudah membintangi Istirahatlah Kata-Kata dan Gundala. Awalnya ia reporter Net TV. Marisa pernah mewawancari tokoh penting Indonesia one-on-one seperti dua mantan Panglima TNI, Moeldoko dan Gatot Nurmantyo. Tapi mbak Marisa lebih cocok menjadi bintang film. Bakatnya lebih kelihatan di film nih, mbak. Christine Hakim, Tara Basro dan Ario Bayu sudah jangan ditanya lagi. Mereka sudah kenyang berkecimpung di industri film. Perempuan Tanah Jahanam bukan film yang menakuti penonton dengan jump scare atau kayak “wow monster menyeramkan”. Film ini menurut WFA adalah cerita rakyat namun dikemas dengan horor dan mistisme. Film ini juga sangat pantas mentas di luar negeri. Itu saja kali ini dari Writer from Atlantis. Nantikan ulasan yang lain!
PEANUT BUTTER FALCON, MENYENANGKAN DAN MENENANGKAN (SPOILER DIKIT) 8.5/10
Entah apa gerangan di pertengahan Oktober ini. Ada dua film yang bernuasa sangat berbeda. Ada Joker yang depresif. Ada juga Peanut Butter Falcon yang menangkan ini. Jadi setelah nonton Joker yang depresif bisa di-detox setelahnya dengan Peanut Butter Falcon. Mari kita ngobrol soal Peanut Butter Falcon. Apa sih yang asik dari Peanut Butter Falcon?
Down Syndrome bukan berarti mentalnya lemah!
Salah satu hal yang patut diacungi jempol dari film ini adalah sudut pandang dua sutradara, Tyler Nilson dan Michael Schwartz. Mereka memberikan gambaran lewat film bahwa down syndrome bukan berarti mental dan fisiknya lemah! Ini sudah kelihatan dari bagaimana caranya sang sutradara memperkenalkan karakter Zak (Zack Gottsagen). Zak pemuda 22 tahun pengidap down syndrome secara kurang beruntung harus terkurung di dalam panti jompo. Ia harus sekamar dengan kakek tua. Justru dengan suasana humor, Zak dan kakek tua Carl (Bruce Dern) berkomplot untuk membebaskan Zak. Membaskan Zak dari panti jompo. Zak terpaksa harus tinggal di panti jompo karena ditinggalkan orang tuanya. Zak tidak bersedih. Malahan dia mau mengejar mimpinya untuk menjadi seorang pegulat. Penonton harus lihat sendiri untuk melihat keseruan akal-akalan si Zak ini.
Golden triangle (Shia LaBeouf - Zack Gottsagen - Dakota Johnson)
Shia LaBeouf bermain manis kali ini. Shia kayak sudah tidak seperti akting di film ini. Dia seperti menjadi dirinya sendiri. Kelihatan dari bagaimana Shia berperan sebagai seorang adik dan menangani konfliknya sebagai nelayan. Semuanya terlihat natural. Tidak seperti lagi Shia yang berperan di The Transformers. Di film ini, konflik filmnya juga tidak melulu berfokus ke Shia sebagai “jagoan”. Tapi ada keseimbangan yang mengarah ke Zack Gottsagen berperan sebagai Zak. Mirip ya sama nama aslinya. Jadi bayangkan ya Zak anaknya polos sedangkan Tyler (Shia) itu gambaran maskulin masyarakat. Keduanya jadi saling membantu karena keduanya punya masalah yang berbeda. Manis, bukan? Alur cerita ditambah lebih menarik dengan adanya Dakota Johnson yang berperan sebagai Eleanor. Eleanor ini seperti perempuan yang manis dan baik hati. Jadi jangan bayangin Dakota seperti di Fifty Shades of Grey ya hehehe… Eleanor berperan jadi pengasuh Zak dan bekerja di panti jompo.
Applause untuk Tyler Nilson, Michael Schwartz dan Nigel Bluck
Film ini nuansanya indie ya. Semuanya digarap secara sederhana dan ini merupakan debut dari Tyler Nilson dan Michael Schwartz. Dialog-dialognya efektif dan lucu. Jadi terasa sebentar filmnya. Ditambah pula nuansa Southern America yang kebanyakan film ini diambil. Nigel Bluck juga efektif dalam mengambil suasana malam, tepi pantai dan rafting. Pemilihan latar jadi kelebihan film ini untuk membuat jiwa-jiwa ini tenang. Beberapa pengambilan gambarnya memukau dari segi keindahannya. Film ini punya soundtrack yang sesuai. Pantas film ini mendapatkan penilaian yang tinggi. Pergilah ke bioskop terdekat bersama keluarga untuk nonton film ini.
FILM WARKOP DKI, REBORN LAGI? (SPOILER ALERT)
Banyak ulasan di media menyatakan film ini tidak lucu. Garing! Straight face! Tunggu dulu. Warkop DKI Reborn memiliki beberapa tantangan untuk membuat film di zaman milenial ini. Selera humor masyarakat pun berubah seiring berkembangnya sosial media dan tren. Seperti mudahnya memilih acara komedi di YouTube atau Netflix. Seperti banyak film-film lainnya. Film ini memang tidak sempurna. Yaa.. terus gak usah ditonton nih? Yaa nonton aja kali kalau mau nyari yang lucu..
Srimulat (kiri) dan Raditya Dika (kanan)
Masyarakat punya selera humor yang berbeda sekarang. Dulu di tahun 90an komedi Indonesia berpusat ke Srimulat. Di zaman orang tua generasi milenial yang nonton tv harus segambreng. Nah itu. Lawakan lenongan yang ada segi ceritanya. Ada adegan jatuh-jatuh lucu, zaman sekarang disebut slapstick. Kesuksesan Srimulat yaitu bisa menghibur keluarga Presiden Soeharto langsung di kediamannya. Siapa saja anggota lawak Srimulat? Tarzan, Nunung, Tesy dan Basuki. Lalu tentu saja di tahun 90an, grup lawak Warkop DKI ngetop dengan karya film-filmnya. Berbanding terbalik dengan di tahun 2019. Tahun ini masyarakat Indonesia menjadi lebih terbiasa dengan lawakan monolog. Dipopulerkan oleh Raditya Dika, Ernest dan Pandji. Apakah lawakan Warkop DKI alias lenongan ini masih bisa relevan saat ini? Tentu saja bisa. Film Warkop DKI Reborn yang diperankan Aliando, Randy Nidji dan Adipati ini sudah mencoba berinovasi dengan lawakan-lawakan jaman now . Seperti menyinggung Dilan dan Milea, scene Pengabdi Setan dan bahasa pergaulan jaman sekarang. Dengan lelucon," ini kan di arab, kalau di arab, bahasanya dibalik." hahaha itu lucu karena penempatannya tepat. Rumah produksi Falcon Pictures juga mengambil latar yang menarik yaitu di Maroko! Tentu saja biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Sewaktu syuting pun para aktor dan aktris sedang dalam masa puasa. Bukan hal yang mudah karena lokasi syutingnya panas. Sutradara Rako Prijanto pun mengambil gambar-gambar yang bagus, seperti long medium dan wide yang proporsional. Film ini juga memiliki pewarnaan filmnya yang menarik. Namun sayangnya... Film ini memiliki plot yang kurang matang. Contohnya saat Dono, Kasino dan Indro dikejar-kejar warga karena dituduh maling. Punch-line dari adegan ini Dono, Kasino dan Indro cuman nyebur di sungai kotor. Bisa jadi adegan dompet ketinggalan itu terinspirasi dari film Warkop Maju Kena Mundur Kena (1983). Ada juga penyelesaian adegan dari penyelematan desa di Maroko. Itu untuk apa? Bukankah plot utama filmnya untuk mengungkap kejahatan di balik industri film. Maka dari itu plot film ini membuat bingung penonton dengan plot yang kurang jelas. Film ini akan lebih menarik dengan plot yang lebih matang dan lawakan-lawakan yang fresh. Itulah tantangan dari Warkop DKI Reborn. Tapi tentu saja ada adegan-adegan yang bisa mengocok perut penonton. Namanya juga berkomedi hahaha
Untuk urusan menyutradarai sebuah film, Joko Anwar tidak perlu diragukan lagi. Sudah pernah hits dengan karyanya Headshot dan Pengabdi Setan. Ia juga bisa mengundang aktor-aktris kawakan untuk memerankan film barunya, Gundala. Film yang menggaraihkan perfilman Tanah Air. Idenya fresh karena film Indonesia jarang ada yang mengangkat tema tentang superhero. Masyarakat Indonesia sudah lebih akrab dengan karya-karya film Marvel. Mari kita bahas tentang Gundala. Pemilihan Abimana Aryasatya agak mencengangkan sebagai karakter utama untuk mengisi tokoh Gundala. Tentu saja ia berlatih beladiri dan terlihat lebih 'fit' untuk memerankan tokoh Sancaka sebagai Gundala. Tentu saja ada beberapa aktor yang mampu memerankan tokoh Sancaka. Sebut saja Vino Bastian atau Darius Sinathrya. Kemungkinan besar Abimana dipilih karena ia bisa memerankan Gundala dengan menampilkan sisi yang lebih komikal. Ada lagi penampilan memukau Bront Palarae sebagai tokoh antagonis. Bront Palarae berperan sebagai Pengkor. Palarae sudah pernah main di film Pengabdi Setan sebagai bapak. Tapi kali ini sebagai Pengkor, ia jauh lebih dapat 'feel'-nya. Tara Basro sebetulnya dapat peran yang sedikit mirip dengan Pengabdi Setan. Ia berperan sebagai kakak. Tetapi yang membuat Gundala paling menonjol adalah alur dan latarnya yang menarik.
Alur dan latar yang 'Indonesia Banget'
Masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan film superhero barat. Gedung bertingkat dan manusia laba-laba gelantungan. Sudah biasa. Joko Anwar menawarkan sesuatu yang lebih fresh. Gundala menangkap keadaan filmya tentang isu sosial yang pernah terjadi di Indonesia. Contohnya penjarahan massal dan main hakim sendiri. Film Gundala menangkap ketegangan itu dengan jeli. Gundala berani menampilkan pasangan Tionghoa yang gemetaran menjaga tokonya yang akan dijarah oleh massa. Ada juga Sancaka bertugas menjadi satpam dan ia dengan terpaksa membuka pintu untuk copet yang akan kena amukan massa. Itu adalah kejelian tim pembuat film Gundala. Latar yang dipilih juga tidak glamor. Film ini tidak memaksa penonton film untuk melihat sisi yang indah dari Indonesia. Film ini membuka penonton untuk melihat realita. Realita bahwa kehidupan di Indonesia dipenuhi premanisme, krimalitas kecil dan kriminalitas tingkat tinggi. Sancaka sang tokoh utama pun tidak lahir dari kehidupan berkecukupan.
Simbolisme 'Wakil Rakyat'
Lukman Sardi berperan sebagai seorang politisi yang bernama Ridwan di film Gundala. Menariknya adalah Ridwan dan Pengkor sering kali mengucapkan kata Rakyat. Mengapa kata rakyat diucapkan berkali-kali? Rupanya film ini ingin mengambil pesan moral dengan menunjukkan bahwa wakil rakyat seharusnya peduli dengan rakyat. Apalagi alurnya masih berhubungan dengan kehidupan parlementer.
Apa hubungannya dengan moralitas?
Penulis sempat kaget dan bingung kenapa film ini jadi membahas terus soal moralitas. Waktu janin-janin yang tercemar oleh racun yang diprakarsai oleh Pengkor, racun tersebut akan membuat bayi-bayi yang lahir itu tidak memiliki moralitas. Para anggota parlemen pun kebingungan akan berbuat apa untuk mencegah generasi berikutnya memiliki moralitas. Lantas, penulis pun berbicara dalam hati, "Lah bukannya yang punya moralitas saja masih bisa melakukan tindak kriminal? Moralitas kan bisa membedakan mana yang benar dan salah." Ternyata masuk akal juga isu moralitas dibawa terus. Di ceritanya saja Pengkor adalah korban penghakiman massal. Ia adalah korban pembantaian sewaktu kecil oleh orang-orang yang 'katanya' memiliki moral. Film ini memiliki alasan kuat dengan membawa isu moralitas dengan mempertimbangkan sejarah hidup Pengkor yang kelam. Pengkor seakan memiliki balas dendam dengan kehidupan manusia yang baik-baik saja. Yang pasti film ini akan ada seri keduanya. Film ini ingin membuat penonton penasaran. Penasaran karena dua hal. Yang pertama adalah tampilnya Sujiwo Tejo, seniman legendaris Indonesia. Jarang sekali Sujiwo tampil. Yang kedua adalah Pevita Pearce. Pevita berperan sebagai superhero juga. Tidak tampil lama, tapi kita harus tunggu aksi berikutnya. Seharusnya seri keduanya jauh lebih menegangkan dan seru!
DUA GARIS BIRU (SEBUAH ULASAN)
Writer from Atlantis dengan tegas menyatakan film ini bagus! Kita simak kenapa kalian yang belum menonton film ini harus menonton Dua Garis Biru. Atau sekadar membeli format filmnya secara digital. Film yang baru tayang di bioskop ini sudah tembus 571.188 penonton dalam waktu tiga hari! Dua Garis Biru disutradarai dan naskahnya ditulis sendiri oleh Gina S Noer. Ini juga merupakan debut perdana Gina S Noer dalam menyutradarai sebuah film. Tetapi, ini bukan kali pertama Gina terlibat dalam pembuatan sebuah film. Contoh, sang sutradara Dua Garis Biru pernah terlibat dalam penulisan naskah Keluarga Cemara dan Posesif. Jadi kenapa sih film Dua Garis Biru bisa bagus, warga Atlantis? Adanya gabungan beberapa kejadian yang bikin baper, misterius dan potret situasi sosial. Aktor-aktris yang tampil pun tidak kalah ciamik. Ada beberapa aktor dan aktris senior yang terlibat, seperti Cut Mini, Lulu Tobing, Dwi Sasono, Arswendy Bening Swara. Mereka berperan sebagai karakter yang memperkuat jalannya cerita. Karena mereka semua berpengalaman, maka ceritanya pun semakin membuat penonton baper. Dwi Sasono, misalnya yang sudah kaya akan pengalaman. Mantan suami mbak Angel di sitkom Tetangga Masa Gitu berperan sebagai Ayah. Ada Arswendy Bening Swara yang menjadi mentor acting sebelum terlibat dalam pembuatan Dua Garis Biru. Cut Mini dan Lulu Tobing yang sudah lama tidak terlihat di layar kaca muncul lagi! Mereka semua berperan aktif mendukung peran Bima (Angga Aldi Yunanda) dan Dara (Adhisty Zahra) dalam membangun cerita. Untuk yang belum tahu pemeran utama yakni Angga dan Zahra, WFA bocorkan. Angga Yunanda pernah mendapat penghargaan Panasonic Gobel Award untuk Pemeran Pria Sinetron Terfavorit dan dikenal dalam Mermaid in Love. Sedangkan Adhisty Zahra sudah terkenal dari grup JKT48. Semua dialog yang mereka bawakan sudah dikemas dengan baik. Bahasa yang digunakan pun lebih cenderung bahasa sehari-hari. Jadi tidak seperti menonton film, tapi seperti melihat drama tetangga kalian. DGB juga berhasil menangkap dua kehidupan dari Bima dan Dara yang berbeda. Ini dibuktikan dengan kejelian pemilihan tempat untuk dimasukin ke film. Nanti kalian saksikan sendiri.
Tampilnya Naif dan Daramuda Project
David Naif gak akan nyanyi jumpalitan di panggung kaya pensi SMA. Rara Sekar mantan personel Banda Neira juga ada. Rara Sekar gak akan demonstrasikan penanaman bibit di kebun yang dia olah. Mereka tampil dengan cara yang tepat. WFa tidak akan bercerita mereka tampilnya bagaimana di film. Yang pasti DGB itu pas kalo soal mencocokkan music ke adegan-adegan tertentu.
Sosok Ondel-Ondel yang Misterius
Ada sosok misterius di DGB, yaitu ondel-ondel. Ondel-ondel kalian harus cari tahu sendiri. Apa ya hubungan ondel-ondel ini ke DGB? Di dalam kebudayaan Betawi, ondel-ondel dikaitkan dengan penolakan bala atau sial. Ada juga yang berpendapat bahwa Ondel-ondel perempuan melambangkan kebaikan dan kesucian. Semakin penasaran kan dengan filmnya? Yuuk mari. Tunggu juga ulasan film dari WFA selanjutnya.
Film karya lokal ini akan sulit membuat satu bioskop penuh. Film ini mengajak penonton untuk belajar dan berpikir. Film ini ditulis secara serius dan pengambilan gambarnya mendukung makna ceritanya. Film yang diperankan oleh Raihaanun, Lukman Sardi dan Ario Bayu ini layak diacungi jempol. Digarap oleh produser Ravi Bharwani, Rayya Makarim dan Wilza Lubis. Tidak terlewat penulis film ini, Rayya Makarim. Film yang berani untuk menyatakan pendapat yang tabu di masyarakat. Isu masyarakat yang sering dianggap angin lalu. Permasalahan masyarakat yang tidak nyaman untuk dikenang.
Bertemakan kekerasan seksual terhadap perempuan
Komnas Perempuan mencatat pada tahun 2014 tercatat ada 4.475 kasus terhadap anak perempuan dan perempuan, 2017 terdapat 2. 979 kasus kekerasan seksual di ranah KDRT. Angka yang mencengangkan. Kasus sejarah pun seharusnya mengingatkan kita terhadap kekerasan seksual terhadap perempuan. PR yang sudah terlalu panjang untuk negeri ini. Peringatan untuk masyarakat dan pemerintah. Apakah pemerintah sudah betul-betul melindungi korban dan masyarakat dari kekerasan seksual? Mari kita pantau RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. RUU Penghapusan Kekerasan Seksual saat ini sedang disidangkan secara alot di DPR.
Peran Raihaanun, Lukman Sardi dan Ario Bayu
Raihaanun jarang terlihat di perfilm-an Indonesia. Kali ini Raihaanun kembali berperan sebagai pemeran utama 27 Steps of May. Pemeran utama ini menyiapkan langkah-langkah yang konkret untuk menjalani tantangan barunya di 27 Steps of May. Lukman Sardi pun tampil baik. Walaupun Ario Bayu tidak menjadi pemeran utama, jalan ceritanya tetap berkarater karenanya. Penulis angkat topi terhadap tim-tim yang sudah membuat film ini. Film ini wadah untuk semua golongan masyarakat untuk melihat sisi yang lain dari isu pelik.