Muse TECHNOLOGIES
  • BERANDA
  • ENGLISH ARTICLES
  • BAND
  • FILEM
  • PETUALANGAN
  • Cerita Pendek
  • PENULIS

Bogor Terlalu Panas 

Penjaga istana Bogor menarik nafas panjang. Ia menjangkau ikan yang mati dengan serok. Ikan yang mati mengambang bau karena tersengat panas. Ini ikan yang keseratus lebih yang sudah mati. Ikan yang dulu dipesan oleh Presiden Jaka bertahun-tahun yang lalu sudah hampir habis. Bogor kali ini sudah kelewat panas. Tidak ada warga yang mau berlari-lari santai saat pagi atau sore. Cuaca sudah kelewat kondusif untuk berlari di luar ruangan. Banyak warga lebih memilih berolahraga di gym. Seminggu lalu ada seorang ibu yang jatuh pingsan saat berjalan-jalan di tengah kota. Mall semakin penuh dengan orang yang ingin kebagian angin dingin. Di depan mall, Mail, supir angkot semakin kebingungan. Ia harus menambah jumlah penghasilan hari ini. Anaknya perlu dibelikan seragam dan buku baru untuk kenaikan kelas nanti. Tapi kali ini Mail harus menerima kenyataan bahwa semakin sedikit orang yang mau naik angkot keluar. Duduk manis di dalam angkot terlalu panas. Warga lebih memilih untuk menaiki ojek online atau pangkalan. Harganya semakin murah dan lebih terjangkau ke pelosok-pelosok. Mail kali ini hanya bisa menghelai nafasnya lagi. Keadaan tidak menyenangkan pun terjadi pada Koh Afuk yang lama berusaha restoran. Koh Afuk kembali mengeluh karena pendapatan di akhir pekan menjadi semakin sedikit. Ia membolak-balik pembukuannya, dan menunjukkan bahwa pengunjung yang biasa nya banyak menjadi sedikit sejak minggu lalu. Koh Afuk menyimpulkan bahwa penurunan pengunjung disebabkan Bogor yang sudah terlalu panas. Turis lokal dari Jakarta, Depok dan lainnya menyempatkan diri ke Bogor untuk mencari udara sejuk 5 tahun yang lalu. Tidak sejuk dan nyaman lagi, berganti dengan panas yang lengket. 
                      Mengapa ini semua bisa terjadi, tanya pak Walikota membuka pertanyaan ke peserta rapat. Di dalam ruangan rapat ada bapak Danrem, pak Kapolsek dan pejabat daerah lainnya. Semuanya termenung. Akhirnya rektor Institut Pertukangan Bogor memberanikan diri untuk menjelaskan. Ia menjelaskan bahwa alasan yang paling masuk akal adalah berkurangnya penghijauan di Puncak dan sekitarnya. Semua peserta rapat di ruangan terdiam kembali. Pak Walikota akhirnya menanyakan untuk memecah kesunyian. Pak Kapolsek dan Pak Dandim menunggu momen ini. “Kami memiliki rekaman CCTV yang mencurigakan terjadi di sekitar area hijau pepohonan Puncak. Ada benda piringan hitam besar secara misterius seperti menyedot banyak pohon”, ujar pak Kapolsek setengah ragu. Pak Kapolsek kembali duduk dan berharap semua yang di ruangan bisa menerimanya. Tak lama terdengar pecah tertawa pak Walikota. Ia berseloroh,”Jadi saya akan memberi informasi Presiden bahwa penyebab panasnya Bogor adalah UFO ALIEN?! Apa nanti saya gak dibilang gila nanti?. Kapolsek mengangguk dan mengiyakan. Ia lalu menjelaskan bahwa inilah kenyataanya. Pak Dandim pun menimpali dengan menjelaskan kejadian berikutnya. Pemimpin militer daerah tersebut juga sudah memberi perintah ke anak buahnya yang sudah curiga. Anak buahnya yang berjaga juga melihat gerombolan manusia tinggi dan kurus, memiliki tanduk kecil memotong pohon. Mereka memiliki benda seperti laser yang langsung memotong pohon dengan mudah.
            Jadi itulah yang menyebar di masyarakat. Ada gerombolan alien mengambil penghijauan manusia di bumi. Layaknya pencuri mengambil dengan diam-diam. Bapak walikota dengan serius menjelaskan ke awak media bahwa pihaknya mencatat subuh-subuh UFO mencuri pohon-pohon. Pohon-pohon yang dulunya membuat udara lebih sejuk. Hilang diambil alien! Ujang bangkit berdiri kala itu di depan Tugu Kujang. Berorasi dengan lantang di depan massa. “JANGAN MAU HAK KITA DIAMBIL MAHLUK ASING ALIEN! MEREKA KEJAM DAN BIADAB! PENGHIJAUAN ADALAH HAK KITA”, pekiknya. Massa yang lain memekik tanda setuju. Kali ini massa sudah bergerombol di depan Tugu Kujang bersiap ke Puncak. Mereka akan berjalan kaki menunjukkan solidaritas terhadap lingkungan. Lingkungan yang telah lama rusak semakin dirusak oleh alien. Itulah yang akan mereka protes. Mereka membawa obor dan alat musik untuk dimainkan nanti. Ada yang memakai kaos hijau dan putih menyerupai warna lingkungan hijau. Ada sekitar 1500 orang lebih banyaknya. Di atas langit, alien berbincang dan bercanda dengan kawanya. “Lihat, baru kali ini manusia peduli dengan lingkungannya. Tidak seperti biasanya.”, ujarnya.       

Sang Penyapu

Savero menyapu halaman depan rumah. Ia menyapu dan menyapu sepanjang hari. Ia membersihkan halaman depan rumah seorang purnawirawan. Daun jatuh, ranting jatuh, bunga jatuh, semua ia bersihkan. Savero telah terjaga dari tidurnya sejak pukul 5 pagi. Ia langsung bergegas berjalan menuju tempat ia bekerja, yaitu komplek perumahan. Ada mobil hitam Inova lewat memberikan sapaan. Ada juga motor warga komplek yang melewati Savero. Pengemudi motor acuh melewatinya. Ia menyapu dan terus membersihkan jalanan sampai petang hari. Kali ini cukup menantang. Ia harus membersihkan sudut jalanan di daerah rumah terakhir di pojok. Ada penghuni rumah yang memelihara ras anjing German Shepherd yang galak di luar rumahnya. Selalu menyalak setiap orang melewati rumah. Kurang ajar, pikirnya. Sang pemilik anjing sialan itu membiarkan anjing bangsat dibiarkan ilat lehernya tergantung di tiang depan rumah. Anjing yang kerap digunakan oleh aparat di bandara dan objek pengamanan vital lainnya ini terkenal agresif. Savero ragu untuk melintas. Penghuni rumah dan sekitarnya akan kecewa jika keadaan jalanan dipenuhi dedaunan dan sampah lainnya. Ia kerap mengumpat dalam hati. Pekerjaan ini telah ia lakukan selama puluhan tahun. Di umurnya yang menjelang 50 tahun, Savero menjalani hari yang landai. Kerikil dan dedaunan yang ia sapu tidak bisa berbicara. Kerikil dan dedaunan yang ia libas ke pembuangan tidak bisa protes. Sampah yang ia kemas tidak memiliki pendidikan sarjana. Yang ia temui sepanjang hari hanyalah sampah. Tidak ada manusia lain mau mengajak Savero untuk ngobrol di kafe. Tukang sapu hanya bergaul dengan tukang sapu di lapangan kosong. Kehidupannya sepanjang hari mudah diprediksi. Sewaktu pagi bangun dan pulang sewaktu matahari terbenam. Penghasilannya terbatas. Asal bisa terpenuhi untuk makan keluarganya dan mengantar satu anaknya sampai SMA. Di pengujung tahun 2015, ada sesuatu yang berbeda. Katro teman seperjuangannya dalam menyapu jalanan komplek perumahan memiliki telepon genggam. Katro meledek Savero untuk segera memiliki telepon genggam. Katro menyindir Savero jika tidak memiliki telepon genggam ia akan ketinggalan segala informasi. Katro menjelaskan dengan riang bahwa orang kota menyebut telepon genggam ini “hengpon”. Katro menjelaskan Savero seorang yang “kampungan” karena tidak paham manfaat mujarab dari telepon genggam. Katro mulai menjelaskan segala fitur telepon tersebut, mulai dari mengirimkan pesan singkat dan menjepret foto. Savero bingung. Ia memikirkan segala cara untuk mencerna manfaat telepon genggam itu untuk seorang penyapu jalanan. Apakah ia akan mulai menjepret sampah yang ia pungut? Apakah ia akan menjelaskan beberapa macam alat sapu? Ia paham sapu ini cocok untuk memungut daun yang berserakan, dan sedangkan yang satu lagi lebih cocok untuk menyerok sampah yang agak basah. Savero menjadi lebih terkejut lagi bahwa harga telepon genggam tidaklah terlalu mahal dan terlalu murah. Namun agak sulit untuk menjangkau harganya. Savero pulang dengan kepala menunduk ke bawah. Ia berpikir perkataan Katro tadi. Ia lirik ke kiri ada seorang penjaga warung terlihat jenuh. Namun kembali terpasang senyum kecil lagi di mulutnya selagi ia melihat layar telepon genggam. Ia berjalan lagi hampir mendekati rumahnya yang kecil. Kali ini ia terkejut ada remaja perempuan asik berpose dekat ladang kecil.
             Savero memutuskan untuk membeli telepon genggam. Ia duduk di teras rumahnya. Ia memantapkan rencana. Ia menghitung penghasilannya saat ini. Tidak cukup. Mungkin ia akan mencari akal dengan meminjam pemilik warung makanan sebelah. Akan ia lunasi dengan penghasilannya 2 bulan depan dan akan berhemat seterusnya. Ia memikirkan strategi itu. Ia berpikir ulang bahwa itu tidak mungkin. Anaknya akan bekerja di kota Bogor atau Depok. Anaknya perlu ongkos perjalanan mencari pekerjaan. Savero mulai berpikir yang tidak dibenarkan dalam standar moralitas. Strategi kedua ia akan mengambil beberapa uang di laci warung kecil dekat rumahnya. Savero sering memerhatikan warung kadang kosong. Sang pemilik warung mungkin masuk ke dalam rumah atau pergi gosip dengan tetangga sebelah. Tidak, tidak mungkin. Ia menyanggah langkahnya sendiri. Akan ada banyak masalah jika ia ketahuan mencuri tetangganya sendiri. Ia termenung sejenak. Kembali membakar rokoknya yang sudah ia habiskan sebelumnya. Selagi menghirup rokok yang baru, ia belum menemukan ide cemerlang.  Ia akhirnya memutuskan untuk mengambil sendok dan garpu. Siap menyantap apapun yang ada di meja. Ia buka tutup saji makanan. Savero tidak menemukan makanan. “Sialan!”, umpatnya.

                                                                                              3 Minggu Kemudian
    Kenneth, Jessica dan Rafly akan bermain bersama. Ketiganya mulai mengambil sepeda di rumah masing-masing. Kenneth sebelumnya sudah menghubungi Jessica dan Rafly lewat fitur WhatsApp untuk keluar bermain. Jessica dan Rafly menyetujui ajakan menyenangkan Kenneth. Mereka bertiga adalah ‘anak komplek’. Sore itu menunjukkan pukul 5 sore. Kenneth tinggal di rumahnya yang tidak lebih dari puluhan blok jauhnya dari Jessica dan Rafly. Kenneth membuka gerbang rumahnya dan siap dengan sepeda barunya. Sepeda baru Kenneth kali ini bisa melaju lebih kencang. Sepedanya telah dilengkapi transmisi manual yang memudahkan untuk bermanuver di pelbagai medan dan keadaan. Serong kiri dan mencoba menoleh ke belakang, Kenneth bermanuver dengan senang. Jessica dan Rafly menyadari sepeda baru Kenneth. Masih mengkilap dan tercium masih ada sedikit bau pabrik. Pertanda sepedanya yang ‘gres’. Jessica dan Rafly bercanda sepedanya yang baru ini bakalan rusak karena sifat Kenneth yang ceroboh. Rafly meledek Kenneth ia akan membutuhkan sepeda yang baru. Sepeda yang lama sudah rusak. Sebetulnya sepedanya tidak sepenuhnya rusak. Pedalnya saja yang tidak berfungsi dengan sempurna, sering macet. Namun Kenneth terlanjur tergiur dengan sepeda gunung baru yang ia lihat di ajang Car Free Day Jakarta. Selagi mereka asik bercanda, Kenneth mendengar suara teriakan dari arah belakang. Arah rumahnya. Pembantu rumah tangga Kenneth berteriak memanggil warga. Ia membentak dan berteriak histeris. Kenneth, Jessica dan Rafly pun turut berlarian ke rumah Kenneth. Mereka semua melihat Savero hendak mencuri sepeda lama Kenneth. Supir dari Kenneth pun berlari cepat ke depan rumah. 7 warga perumahan keluar juga keluar. Mereka semua menjadi saksi dan menangkap basah Savero yang ketahuan mau mencuri sepeda. Tidak ada basa-basi, warga mulai mengepung dan mulai memukul Savero. Ketiga anak tersebut hanya menyaksikan. Savero dipukul dan beberapa warga lainnya keluar untuk menenangkan. Menganjurkan warga yang terbakar emosi untuk menunggu aparat yang berwenang datang. Kali ini Savero yang habis ‘disapu’.         ​

Akrab Teknologi 

10 Mei 2019  
Di jalan, mall, café, restoran, terminal, stasiun, toilet, semua orang megang hp. Barang ini luar biasa ajaibnya. Barang ini bisa disulap menjadi lebih pendek dan kurus. Belakangan ini jadi lebih besar lagi. Bapak saya pernah bilang, dulu cuman bos-bos saja yang bisa punya hp. Konon ukuran hp tersebut panjangnya kayak kaleng kerupuk. Gara-gara pingin beli hp, orang bisa berbondong-bondong ke mall, dan mereka sabar berdesak-desakan untuk lihat Samsung Apple keluaran terbaru. Entah mereka beli atau engga, yang pasti penjualnya sudah kelihatan mulai capek. Ya, mereka capek ngeladenin pertanyaan-pertanyaan gaptek (gagap teknologi) atau sekadar ingin tahu. 
Mau tahu apalagi keajaiban HP? Barang yang berukuran 5-7 cm ini bisa mengubah kebiasaan! HP bisa membuat orang lupa keadaan sekitar. Coba bayangkan, waktu asing bermain hp, si Maemorah sampai tidak peduli dia lagi nyebrang jalan. Lantas mobil tersebut mengklakson ke arah Maemorah, tetapi Maemorah langsung mendelik ke pengemudi tersebut. Kurang ajar benar itu pengemudi mobil, dia seharusnya menghargai Maemorah yang lagi balas chatting temannya. Seharusnya pengemudi mobil tersebut menghargai teman-teman virtual Maemorah. HP ini terbukti bisa merekatkan hubungan manusia yang tidak terlihat di depan mata kita.
Jika menyangkut soal hp, pastinya pengaruh teknologi ini dalam kehidupan berbudaya masyarakat Indonesia sudah dibicarakan oleh ahli budaya. Sekelas pengamat budaya kondang Radhar Panca Dahana. Saya yakin hp ini multifungsi.. Kita sudah biasa mendengar segilintir orang bisa berkumpul dan dipersatukan kembali gara-gara hp, setelah sekian lama berpisah. Saat ini orang-orang bisa berkumpul bersama untuk main hp. Mereka terlihat asik dengan urusannya masing-masing. Ada seorang keluarga yang makan bersama di sebuah restoran eksklusif, masing masing memegang hp sambil makan. Saya salut karena mereka bisa makan sambil main hp, kalau saya sih udah keselek duluan. Orang tersebut juga pasti baik, karena ia melayani pertanyaan-pertanyaan ingin tahu temannya. Pertanyaan seperti,” Makan dimana,lu?, Gila! Mewah amat sis”. Pertanyaan seperti itu yang sering muncul di akun media social mereka seperti Path atau Facebook.  Sambil melahap sushinya yang nikmat itu, anak-anak mereka merengek minta perhatian. Orang tua yang bermain hp tersebut tidak perlu pusing menanggapi anaknya, karena mereka memperkejakan babysitter. Babysitterpertama membawa susu, dan babysitter kedua menggendong-gendong adik kecil yang menangis. Saya salut sekali dengan hp-hp orang tua tersebut, saya tak habis pikir keseruan apa yang terjadi di dalam hp mereka. Mereka mengagumi kehebatan hp mereka. Ada yang kamera belakangnya sampai tiga. Kadang anak tersebut ingin mengbrol dengan orang tua mereka yang sedang asyik bermain hp. 

“Puk..Pukk..”. Pundak saya ditepuk oleh seorang pelayan kafe, dan jelas sekali ia merasa terganggu oleh kehadiran saya di kafe miliknya. Saya diusir karena menggunakan fasilitas wifi miliknya selama berjam-jam, dan tak memesan secangkir kopi sekalipun. “Main hp mulu!”, tegur pelayan kafe tersebut.                                 

Proudly powered by Weebly
  • BERANDA
  • ENGLISH ARTICLES
  • BAND
  • FILEM
  • PETUALANGAN
  • Cerita Pendek
  • PENULIS